Kajian
tentang manusia dalam hubungan dengan kegiatan pendidikan, memiliki signifikasi
sebagai berikut:
1. Bahwa
manusia selain sebagai subjek juga sebagai objek pendidikan
2. Bahwa
munculnya berbagai teori dan konsep tentang belajar yang beraneka macam, adalah
sebagai hasil dari kajian terhadap manusia yang beragam pula
3. Bahwa
salah satu kegiatan utama pendidikan adalah pelaksanaan strategi pembelajaran
yang melibatkan pendidik dan peserta didik yang keduanya adalah manusia
4. Bahwa
inti dari pembelajaran adalah memotivasi, mendorong, menggerakkan, membimbing
dan mengarahkan agar anak didik mau belajar, dan dapat menggunakan potensi
dirinya
5. Bahwa
salah satu definisi pendidikan yang umum nya berlaku dan di terima oleh ahli
pendidikan, adalh mempengaruhi peserta didik agar mau merubah pola pikir,
prilaku sesuai dengan yang telah di tetapkan.
Berbagai
Istilah tentang Manusia
Pemakaian
kata manusia memiliki makna ganda, seperti terbukti dalam kalimat-kalimat
berikut ini: (a) Manusia tidak lain kecuali hewan, yang mengandung makna
manusia adalah hewan. (b) Manusia merupakan hasil sejarah, berarti tidak
mengacu pada manusia, melainkan kepada kepribadiannya. (c) Manusia adalah
makhluk rohani, yang bermakna, manusia merupakan mahluk yang lebih dari raga,
nyawa, atau jiwa. (d) bahwa manusia yang di dalam nya terdapat raga, namun
berbeda dengan raga lainnya. (e) menggambarkan manusia sejenis kebajikan atau
kedirian.
H.M.Quraish
Shihab mengatakan bahwa keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya
disebabkan oleh:
1.
pembahasan tentang manusia termaksud yang terlambat dilakukan, karena pada
mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penyelidikan tentang materi alam.
2.
ciri khas manusia yang cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks.
3.
multikompleks nya masalah manusia.
Terlepas
dari pro kontra tentang istilah mana yang akan digunakan oleh manusia, dalam
menyusun berbagai teori dan konsep tentang berbagai kehidupan, yang pasti bahwa
manusia adalah sebagai makhluk yang memiliki potensi yang luar biasa.
Agamawan
berkomentar bahwa pengetahuan manusia tentang manusia demikian itu disebabkan
karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dalam unsur penciptaannya
terhadap roh ilahi, sedang manusia tidak di beri pengetahua tentang roh,
kecuali sedikit. (QS. Al-Isra’,17:85)
Menurut
H.M.Quraish Shihab, ada tiga istilah yang di gunakan al-quran untuk menunjuk
kepad manusia:
1. Manusia
sebagai Al-Insan
Di
dalam al-quran kata insan disebut sebanyak 65 kali dalam 63 ayat. Kata insan
berasal dari kata “uns” yang berarti jinak, harmoni dan tumpah, dan ada
pula yang berpendapat bahwa kata “uns” berasal dari kata “nasiya” yang
berarti lupa, atau berasal dari kata nasa yanusu yang berarti
guncang.
Selanjutnya,
di dalam al-quran terdapat ayat-ayat yang berbicara tentang manusia sebagai
insan yang dikaitkan dengan berbagai kegiatan manusia. Kata insan terkadang
digunakan untuk menjelaskan tentang kegiatan manusia dalam belajar (QS. 96:1-5
dan 55:1-3), sebagai makhluk yang memiliki musuh dan suka bermusuhan (QS. 12:5
dan 17:53), mahluk yang dapat mengola dan merencanakan waktu (QS. 103:1-3),
makhluk yang dapat memikul amanat (QS. 33:72), sebagai makhluk yang dapat
menanggung semua perbuatan yang di lakukanya (QS. 53:39, dan 79:35), yang
memiliki komitmen moral (QS. 29:8, 31:14, dan 46:15), makhluk yang dapat
bekerja dalam bidang peternakan (QS. 28:23 dan 25:49), yang dapat melakukan
pelayaran (QS. 2:164), makhluk yang dapat mendaya gunakan logam besi (QS.
57:25), yang dapat melakukan perubahan sosial (QS. 3:140 dan 8:26).
Manusia
insan adalah manusia yang dapat menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang
tidak di ketahui nya, dalam hal ini secar simbolis tuhan merupakan sebagai guru
yang maha luas ilmu nya, atau Al-Alim.
Manusia
insan sebagai kodratik, sebagi ciptaan tuhan yang maha sempurna bentuknya di
bandingkan dengan makhluk lainnya.
Dengan
demikian, kegiatan belajar mengajar dalam konstek insan merupakan kegiatan
kebudayaan yang paling vital.
2. Manusia
sebagai Al- Basyar
Al-
Basyar adalah manusia dalam kehidupan nya sehari-hari, yang berkaitan dengan
kegiatan lahiriah, yang di pengaruhi oleh dorongan kodrat alamiahnya, seperti
makan, minum, bersetubuh, dan mati mengakhiri kegiatanya.
Dari
sisi lain banyak ayat al-quran yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan
bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga
mencapai tahap kedewasaan.
Insan
basyar pada hakikat nya adalah manusia sebagai kesatuan yang membentuk
kebudayaan. Kata insan dan basyar dipakai untuk sebutan manusia.
3. Manusia
sebagai Bani Adam atau Zuriyat Adam
Kata
Adam atau Zuriyat Adam juga mengandung arti, bahwa manusia sebagai mahluk
sosial. Seperti dalam quran surat (QS. Al-Isra’ 17:70).
Dalam
kegiatan belajar mengajar, salah satu tugas guru adah menggali potensi insan,
basyar, dan al-nas yang dimiliki semua tersebut. Wewenang manusia di bidang
pengetahuan, informasi, pandangan, keinginan, dan kecenderungan itu sangat luas
dan tinggi.
Dengan
melihat penjelasan yang di berikan al-quran dan para ulama, terlihat dengan
jelas bahwa manusia memiliki kemampuan intelektual, spiritual, sosial, dan
jasmani dengan berbagai cabangnya.
Informasi
tentang manusia dengan berbagai potensi yang dimilikinya itu amat menolong
manusia dalam rangka merancang kegiatan belajar melaluyi strategi
pembelajaran yang bersifat konsepsional dan tepat. Disinilah letak relevansi
kajian tentang manusia dengan perumusan konsep pembelajaran.
Berbagai
Potensi Manusia
Dengan
mengkaji konsep al-insan, al-nas, basyar, bani adam, atau zuriyat adam, paling
kurang dapat diketahui adanya ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang
dimiliki manusia.
Struktur
Jiwa Manusia Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Belajar Mengajar
A. Pengertian
jiwa dalam ilmu jiwa
Jiwa
atau yang dalam bahasa inggris nya psyche berbeda dengan nyawa. Jiwa adalah
daya hidup rohaniah yang bersifat absrak, yang menjadi penggerak dan mengatur
segala perbuatan pribadi, mulai hewat tinggkat tinggi hingga manusia.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa: (1) bahwa kegiatan belajar mengajar sebagaimana di
jumpai pada teori dan konsep pembelajaran pada dasarnya bertolak dari informasi
yang terdapat dalam kajian kejiwaan. (2) para ahli strategi pembelajaran
berutang budi kepada para ahli ilmu jiwa. (3) ajaran islam dengan sumber utama
nya adalah al-quran dan as-sunnah telah memberikan informasi yang lengkap dan
mendasar tentang struktur kejiwaan manusia yang selanjutnya apat di gunakan
untuk merumuskan strategi pembelajran.
Struktur
Fitrah Manusia Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Belajar Mengajar
A. Pengertian
Fitrah Manusia
Dari
segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fathr yang
berarti belahan. Dan dari makna ini makna-makna lain seperti “penciptaan”,dan
“kejadian”. Dengan demikian secara sederhana fitrah manusia berarti
kejadianya sejak semula atau bawaan nya sejak lahir.
Di
dalam al-quran kata fitrah dalm berbagai bentuknya terulang sebanyak 28 kali,
14 kali di antarnya kata fitrah di gunakan di dalam konteks penciptaan atau
kejadian langit dan bumi. Sedangkan selebihnya kata fitrah di gunakan dalam
konteks penciptaan manusia, baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah
allah, maupun tentang fitrah manusia.
B. Struktur
Fitrah Manusia
Dapat
diketahui bahwa struktur fitrah manusia paling kurang mencakup 5 bentuk,
sebagai berikut:
1. Fitrah
beragama yang bertumpu pada keimanan sebagai intinya.
2. Dalam
bentuk bakak (mahabib) dan kecendrungan (qabiliyah) yang mengacu kepada
keimanan kepada allah.
3. Fitrah
berupa naluri dan kewahyuan, yang kedua nya bagaikan dua sisi dari satu mata
uang logam.
4. Fitrah
merupakan kemampuan dasar untuk beragam secara umum.
5. Fitrah
memiliki komponen yang meliputi, bakat dan kecerdasan, insting (naluri).
C. Hubungan
Struktur Fitrah Manusia dan Kegiatan Belajar Mengajar
Pandangan
tentang fitrah yang akan memengaruhi kegiatan belajar mengajar yang semata-mata
buka di tentukan oleh input semata, melainkan juga melalui proses thrutput yang
di lakukan oleh guru dan kehendak allah. Dengan demikian maka kegiatan belajar
mengajar harus menyiapkan anak didik untuk siap mengikuti kegiatan belajar serta
berbagai sarana prasarana, dan sebagainya.
Dengan
berbasis pada pemahaman tentang fitrah tersebut, maka secara konseptual, islam
menganut paham individualistik dalam bidang pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar