Tugas manusia di dunia adalah
ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
"Dan aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
[QS
Al-baqoroh].
Meskipun
merupakan tugas, akan tetapi pelaksanaan ibadah bukan untuk Allah karena Allah
tidak memerlukan apa-apa. Ibadah pada dasarnya adalah untuk kebutuhan dan
keutamaan manusia itu sendiri.Lalu, mengapa
manusia dikatakan sebagai mahluk ibadat?Ya, karena segala perbuatan yang
dilakukannya adalah semata-mata hanya untuk mengharap ridho Allah.Meskipun
tidak semua bisa berjalan sesuai kaidah.Karena manusia memang pada dasarnya
diciptakan dengan banyak kekurangan. Manusia juga memiliki akal dan hawa nafsu
yang terkadang sangat susah untuk dikendalikan. Berbeda dengan malaikat yang
memang diciptakan hanya untuk mentaati segala perintah Allah.
Manusia juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia adalah
khalifah di bumi. Namun manusia pula yang akan merawat dan menyebabkan
kerusakan di bumi. Semua bergantung pada manusia itu sendiri.Lantas, mengapa
manusia bisa menyebabkan kerusakan di bumi padahal sudah jelas diterangkan
bahwa manusia adalah khalifah di bumi?
Itu karena yang menempati bumi tidak hanya manusia, melainkan juga
makhluk-makhluk lain seperti hewan, dan sejenis jin dan sebagainya. Jin yang
senantiasa menyesatkan manusia. Jin yang sudah berjanji kepada Allah, bahwa
akan terus menggoda manusia untuk terus berada di jalan yang salah. Mereka yang
membisikkan kata-kata negatif yang menjurus pada perbuatan dosa.Nah, sekarang
hanya bergantung pada diri kita sendiri. Bagaimana cara kita untuk bisa menahan
diri melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan menjurus ke perbuatan dosa
dan bagaimana cara kita untuk tetap memperkuat iman serta menjaga segala
perbuatan baik agar senantiasa istiqomah di jalan yang benar.
Ibadah
berasal dari kata 'abada yang arti bebasnya menyembah atau mengabdi merupakan
bentuk penghambaan manusia sebagai makhluk kepada Allah Sang Kholiq
[Pencipta].Karena penyembahan atau pemujaan merupakan fitrah [naluri] manusia,
maka ibadah kepada Allah membebaskan manusia dari pemujaan yang salah dan tidak
dikehendaki oleh Allah.Sehingga yang mengabdi [manusia] disebut Abid, sedangkan
yang disembah disebut Ma’bud.
Ibadah memiliki aspek yang
sangat luas.Sehingga segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala,
baik berupa perbuatan maupun ucapan, secara lahir maupun batin, semuanya
merupakan [dan dapat disebut dengan] ibadah.Sedangkan lawan dari ibadah adalah
ma'syiat.Kita sering tertipu sehingga selalu dirundung dalam keraguan,
kebingungan serta kegalauan di saat menghadapi tuntutan agar memelihara
“alat-Rezeki” yang telah diamanahkan oleh Allah kepada kita sebagai hamba-Nya
secara KASAB untuk dijadikan sebagai “Ladangnya Akhirat” yang paling
subur.
Selama kita masih ditempatkan
oleh Allah dalam maqom [derajat] KASAB, belum sampai pada maqom TAJRID ya jalan
saja secara harmoni setiap kegiatan "ibadah", baik yang khusus
[ritual] maupun yang umum tanpa harus selalu menciptakan dikotomi yang
membingungkan. Karena sebenarnya yang lebih penting untuk diperhatikan
adalah masalah Ibadah Mu’amalah, karena ternyata malah bentuk ibadah ini justru
dijadikan sebagai tolok ukur dari kualitas nilai IHSAN dari setiap Ibadah
Khusus [Ritual] yang telah kita lakukan selama ini.
Allah
menciptakan alam semesta (termasuk manusia) tidaklah dengan palsu dan sia-sia
(QS.As-Shod ayat 27).Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat.Oleh
karena itu, sebagai makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai khalifah di
muka bumi.
Keberadaan manusia di muka
bumi ini bukanlah ada dengan sendirinya.Manusia diciptakan oleh Allah, dengan
dibekali potensi dan infrastruktur yang sangat unik. Keunikan dan kesempurnaan
bentuk manusia ini bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi juga dari
karakter dan sifat yang dimiliki oleh manusia. Sebagai ciptaan, manusia
dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi dan kedudukan dirinya di hadapan
Tuhan. Dalam konteks ini, posisi manusia dihadapan Tuhan adalah bagaikan
“hamba” dengan “majikan” atau “abdi” dengan “raja”, yang harus menunjukan sifat
pengabdiaan dan kepatuhan.
Sebagai agama yang haq, Islam
menegaskan bahwa posisi manusia di dunia ini adalah sebagai ‘abdullah (hamba
Allah).Posisi ini menunjukan bahwa salah satu tujuan hidup manusia di dunia
adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah. Yang dimaksud dengan
mengabdi kepada Allah adalah taat dan patuh terhadap seluruh perintah Allah,
dengan cara menjalankan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh
larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal ini, Allah Swt.
menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata
untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya (QS.Adz-Dzariyat ayat 56 dan QS.Al-Bayyinah
ayat 5).
Tugas dan tanggungjawab manusia sebenarnya telah nyata dan begitu
jelas sebagaimana terkandung di dalam Al-Quran iaitu tugas melaksanakan ibadah
mengabdikan diri kepada Allah dan tugas sebagai khalifah-Nya dalam makna
mentadbir dan mengurus bumi ini mengikut undang-undang Allah dan peraturan-
Nya.Firman Allah swt.maksudnya:
“Dan Aku Tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah (menyembah) kepada Ku”. (Az-Zaariyaat: 56)
Firman
Allah SWT. bermaksud:
“Dan
Dialah yang menjadikan kamu khalifah (penguasa-penguasa) di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebaha-gian (yang lain) beberapa darjat untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu”. (al-An’aam: 165)
Tugas sebagai khalifah Allah ialah memakmurkan bumi ini dengan
mentadbir serta mengurusnya dengan peraturan dan undang-undang Allah.Tugas
beribadah dan mengabdi diri kepada Allah dalam rangka melaksanakan segala
aktiviti pengurusan bumi ini yang tidak terkeluar dari garis panduan yang datang
dari Allah swt.dan dikerjakan segala kegiatan pengurusan itu dengan perasaan
ikhlas kerana mencari kebahagian dunia dan akhirat serta keredaan Allah.
Beribadah
tidaklah sulit sebenarnya, kawan.Hanya perlu keikhlasan dan ketulusan dalam
diri kita. Sekecil-kecilnya, dengan contoh seperti ini, perbuatan baik tidak
akan ada nilainya jika dilakukan tanpa mengucap Bismillah, dan apabila
diucapkan maka sudah dianggap ibadah.
Makan beribadah sebagaimana
dikemukakan di atas (mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah)
merupakan makna ibdah secara umum.Dalam tataran praktis, ibadah secara umum
dapat diimplementasikan dalam setiap aktivitas yang diniatkan untuk menggapai
keridlaan-Nya, seperti bekerja secara professional, mendidik anak, berdakwah dan
lain sebagainya.Dengan demikian, misi hidup manusia untuk beribadah kepada
Allah dapat diwujudkan dalam segala aktivitas yang bertujuan mencari ridla
Allah (mardlotillah).
Sedangkan secara khusus,
ibadah dapat dipahami sebagai ketaatan terhadap hukum syara’ yang mengatur
hubungan vertical-transendental (manusia dengan Allah).Hukum syara’ ini selalu
berkaitan dengan amal manusia yang diorientasikan untuk menjalankan kewajiban
‘ubudiyah manusia, seperti menunaikan ibadah shalat, menjalankan ibadah puasa,
memberikan zakat, pergi haji dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas,
dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan hidup manusia yang pertama adalah
menyembah kepada Allah.Dalam pengertian yang lebih sederhana, tujuan ini dapat
disebut dengan “beriman”.Manusia memiliki keharusan menjadi individu yang
beriman kepada Allah (tauhid). Beriman merupakan kebalikan dari syirik,
sehingga dalam kehidupannya manusa sama sekali tidak dibenarkan menyekutukan
Allah dengan segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini (Syirik).
Ya, itulah beberapa alasan mengapa kita harus beribadah. Disamping
itu, dalam beribadah akan ada kaitannya antara iman kita, ilmu, dan amal. Dalam
islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam
agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam
agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak.
Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman
berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal
berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.