Rabu, 28 September 2016

SUNNATULLAH

Allah swt, Sang Pencipta (al Khaliq) alam semesta ini [QS.59:23;  25:2] telah menentukan takdir atas seluruh makhluk-Nya. [QS. 54:49;  15:20;  6:153;  45:18]. Takdir itu berupa at taqdirul kauni atau sunnatullah fil kaun (hukum alam kata para ilmuwan) dan taqdirusy syar'i (hukum syari'at). Takdir kauni berlaku umum bagi seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini tanpa terkecuali dan mereka semua tunduk dan patuh kepada ketentuan Allah swt dengan bersujud, bertasbih, dan bertahmid kepada-Nya.
Takdir syar'i biasa disebut al Islam QS.3:19, 85], yang diturunkan melalui para rasul (ar rasul) [QS. 33:21;  48:28] untuk manusia (al insan). Takdir syar'i memberi peluang kepada manusia (dan jin) untuk memilih apakah mau taat atau ingkar (al muslimu au al kafiru) [QS. 3:83, 85]. Tentu saja dengan konsekuensi mereka akan mendapat balasan sesuai dengan pilihannya.
Takdir syar'i dan takdir kauni yang diberlakukan di alam ini (al kauni) [QS. 13:15;  22:18;  6:50;  59:1;  24:41;  17:44] menghendaki alam semesta termasuk manusia untuk tunduk dan berserah diri (al istislam) [QS. 22:18;  24:41] kepada ketentuan Allah swt tersebut (sunnatullah) [QS. 3:190-191;  51:21;  41:53] tanpa kecuali. Sunnatullah yang dimaksud adalah sunnatullah pada alam semesta dan sunnatullah pada manusia.
1.       Sunnatullah di alam semesta (fil kauni) [QS. 3:190-191;  13:15;  22:18;  3:83;  24:41]. Ketentuan Allah terhadap alam semesta bersifat mutlak, tetap dan terus menerus (muthlaq, tsabit, mustamir). Mutlak artinya berlaku umum bagi seluruh makhluk dan tidak dapat ditolak. Tetap artinya tidak berubah kecuali apabila Allah menghendaki. Terus menerus artinya tidak berhenti selama ada sebab musababnya. Sunnatullah di alam itu disebut takdir kauni (al taqdirul kauni).  Sikap seorang hamba terhadapnya adalah tunduk dan pasrah (al istislam).
2.       Sunnatullah pada manusia (fil insan). [QS.54:49;  15:20;  6:153;  45:18;  3:83 dan 85]. Ketentuan Allah atas manusia berlaku relatif karena manusia diberi keistimewaan dengan adanya petunjuk/ilmu (al hidayah), kehendak atau nafsu (al iradah) dan upaya atau pilihan (al ikhtiyariyah). Ketentuan syar'i (at taqdirusy syar'i) berfungsi untuk memagari nafsu dan kebebasan manusia tersebut agar tidak merusak sistem alam semesta. Karenanya  manusia kemudian terbagi menjadi dua golongan, ada yang muslim (al muslim) dan ada yang kafir (al kafir).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar